TEMPO.CO, Jakarta - Garuda Maintenance Facility atau GMF telah mencopot lima mesin pesawat Sriwijaya Air pada pekan lalu, 24 September 2019. Lima mesin itu sebelumnya disewa untuk menjalankan empat unit pesawat Sriwijaya.
“(Pencopotan) sedang dilakukan di hanggar GMF Cengkareng, Banten,” ujar Direktur Teknik PT Sriwijaya Air Romdani Ardali Adang seperti ditulis dalam Majalah Tempo edisi 30 September 2019.
Tempo menerima salinan surat bernomor GMf/DB-2070/19 yang menyatakan GMF secara resmi menghentikan layanan perawatan pesawat. Surat itu sekaligus memberitahukan bahwa GMF akan melakukan proses removal atau pencopotan mesin mulai 24 September 2019.
Adapun mesin yang dicopot ialah mesin dengan nomor seri 894798, 896989, 896885, 890430, dan 889508. Dua mesin dipasang untuk pesawat bernomor register PK-CMR, satu mesin untuk pesawat pk-CMQ, satu mesin lainnya untuk pesawat PK-CMO, dan satu sisanya untuk pesawat PK-CLT.
Keterangan surat itu juga menunjukkan alasan pencopotan. Manajemen GMF menyatakan entitasnya belum kunjung menerima biaya sewa dari Sriwijaya Group.
Surat tersebut ditandatangani oleh Direktur GMF AeroAsia I Wayan Susena dan ditembuskan kepada Direktur Utama PT Nam Air serta jajaran Direksi PT GMF AeroAsia Tbk. Tempo telah mengkonfirmasi kepada Wayan melalui telepon dan pesan pendek, namun belum memperoleh respons. Meski demikian, sumber Tempo di GMF yang enggan digamblangkan identitasnya menyatakan kebenaran surat tersebut.
Senior Manager Corporate Governance Sriwijaya Air Pritanto Ade Saputro mengatakan perusahaannya memang memiliki utang kepada GMF. Sebelum menjalin kerja sama manajemen atau KSM dengan Garuda Indonesia, Sriwijaya memiliki utang jangka panjang dengan GMF mencapai US$ 24,3 juta atau Rp 340 miliar.